SINOPSIS 

Dari banyaknya bintang di langit, Javier menemukan satu bintang yang sinarnya tak begitu terang, justru meneduhkan. Keindahannya berhasil memikat jiwa, membuat Javier ingin menyelam—jauh lebih dalam.

Bintang itu bernama Moureniel Denara.

Moureniel atau yang biasanya dipanggil Niel bukanlah gadis sempurna yang kecantikannya luar biasa. Niel hanya selalu punya daya pikat tersendiri yang mampu mengunci netra Javier sehingga tidak bisa lepas darinya. Seperti sekarang ini, Javier memperhatikan punggung gadis itu dari balik sela-sela rak buku perpustakaan.

Niel itu cengeng. Buktinya sekarang suara isakan kecil itu terdengar memenuhi ruang perpustakaan yang hening ketika ia mengerjakan soal yang menyiksa otaknya.

“Ini gue yang bego apa soalnya yang terlalu susah, sih?”

Rengekan itu membuat Javier terkekeh pelan. Maka, ia ambil secarik kertas dari saku celananya, lalu dengan beralaskan rak buku, Javier tuliskan jawaban dari soal yang sedang Niel kerjakan. Untungnya jarak mereka tidak terlalu jauh sehingga Javier dapat melihat soal apa yang sedang Niel kerjakan.

Usai menuliskan jawaban, kertas itu Javier lipat menjadi bentuk pesawat. Ia terbangkan kertas tersebut ke arah Niel.

Gadis yang sedang mengusap kasar air matanya itu menoleh ketika sebuah pesawat kertas mendarat di atas kepalanya. “Siapa, sih, yang iseng? Nyebelin—” Ucapan Niel terhenti ketika melihat isi kertas itu adalah jawaban yang dijabarkan secara rinci dari soal yang sedang ia kerjakan. Dan di pojok bawah kertas itu terdapat tulisan tangan yang cukup rapi.

Jangan cuma disalin, tapi juga dipahami.

Semangat.

Laki-laki yang bersembunyi di balik rak buku itu diam-diam tersenyum. Ia melangkah meninggalkan perpustakaan setelah memastikan pengunjung perpustakaan favoritnya baik-baik saja.

Jika ditanya, kenapa harus Niel?

Jawabannya sederhana. 

Karena hanya Niel yang Javier mau.

Niel itu satu.

Di dunia ini yang seperti Niel hanya satu.

Bertemu dengan Niel adalah bagian terindah dari hidup Javier.