Deskripsi
Penulis: Nanda Laili Hermawati (Nanda Laili)
ISBN: Sedang diajukan
e-ISBN: Sedang diajukan
Kertas: Bookpaper 52 Gram
Ukuran: 13 x 19 cm / Doff
Jumlah Hal: BW 282 Halaman
PROLOG
Sebuah kotak berisi kue berukuran sedang tengah Alesa topangi. Gadis itu melangkah dengan hati-hati karena tidak mau kue itu rusak. Sekitar dua puluh langkah lagi, Alesa sampai di pagar hitam rumah milik kekasihnya. Senyumannya mengembang.
Dari awal, Alesa sengaja tidak menghubungi kekasihnya terlebih dahulu karena akan memberikan kejutan. Ketika akan sampai di pagar, Alesa mengernyit. Suara seorang perempuan tengah tertawa terdengar di telinga Alesa.
Entah mengapa kini tangan Alesa mulai bergetar. Dadanya mulai menyeruak perasaan tak karuan. Tatapannya menuju ke arah pekarangan rumah kekasihnya itu. Dilihatnya orang yang teramat ia kenali, laki-laki yang teramat ia cintai dan sayangi, tengah memeluk seorang gadis dengan erat. Beberapa orang sekitar mereka nampak bertepuk tangan melihat peluk hangat itu.
Alesa menghela napas. Mungkin itu saudara sang kekasih yang tengah memberikan kejutan? Namun, pikiran positif Alesa hancur ketika melihat Eldo, kekasihnya itu, mencium pipi si gadis.
Apakah ini mimpi? Alesa merasakan kini kakinya tak dapat menyentuh tanah. Kakinya terasa mengambang. Dadanya mulai sakit. Matanya memompa air mata yang kini keluar dengan sendirinya.
Masih bertahan Alesa berdiri di dekat pagar itu. Masih mencoba bertahan untuk melihatnya. Belum sampai di situ, gadis yang sebelumnya membelakanginya, kini membalikkan tubuh. Alesa mengenali gadis itu. Ah, bukan. Hanya sekedar tahu karena seseorang pernah memergoki mereka selingkuh, tapi Alesa tidak mempercayainya.
Kini, kenyataan kembali diperlihatkan langsung untuk Alesa.
Luar biasa kenyataan itu mampu merusak hati Alesa yang sudah hancur, lebih hancur dari sebelumnya. Berulang kali Alesa merutuki dirinya yang bodoh karena lebih memilih percaya dengan Eldo.
Apa yang kemudian akan terjadi setelah ini? Alesa tidak tahu dan tidak peduli. Dengan cepat ia memutar tubuhnya, melangkahkan kakinya menjauhi tempat biadab itu. Sakit. Sakit sekali ternyata melihat kejadian tadi. Jika saja ia bisa memilih, lebih baik ia tidak mengetahui semuanya. Ia lebih memilih kebohongan yang menyenangkan daripada kebaikan yang menyakitkan.
Air mata gadis itu kini sudah keluar berlebihan seiring langkahnya yang semakin menjauh dari tempat itu. Langkahnya semakin cepat, setengah berlari.
Kemudian Alesa melangkah ke sebuah halte untuk singgah. Tubuhnya terasa lemas dan tidak mampu berjalan untuk pulang. Beruntung halte itu tidak ada orang.
BRUK!
Alesa menjatuhkan tubuhnya, terduduk lemas di kursi halte. Kotak kue yang sedari tadi ia pegang jatuh di atas pangkuannya. Apa yang harus ia lakukan untuk hari ke depannya jika sudah seperti ini?
Bahunya bergetar, bergerak naik dan turun dengan cepat. Napasnya tersengal-sengal. Rasanya sulit mengaturnya untuk kembali normal karena kejadian tadi berhasil membuat saluran pernapasannya seakan terputus. Saat seperti ini, ia membutuhkan seseorang yang mampu menampung tangisnya. Tetapi, siapa? Tangisannya semakin menjadi sesekali mengerang untuk lebih puas mengeluarkan semuanya. Namun, tetap sakit, tetap sesak, dan hatinya ternyata semakin hancur.
\"Gimana? Kemarin lo gak percaya sama gue, kan?\"
Sebuah suara muncul di tengah-tengah tangisan Alesa. Ia mendongak, menatap laki-laki yang ia kenali. Laki-laki yang beberapa waktu lalu memberitahu bahwa Eldo berselingkuh.
\"Gayiii….\"
***
Penulis