HIDDEN BEAUTY 2
Buy This Book

Deskripsi

Penulis: Rome 
ISBN: Sedang diajukan
e-ISBN: Sedang diajukan

Kertas: Bookpaper 52 Gram

Ukuran: 13 x 19 cm / Doff

Jumlah Hal: BW 282 Halaman

PROLOG 

Setidaknya semesta pernah mengizinkan kami jatuh cinta.

Menjalani hubungan dengan seseorang yang kita kagumi menyenangkan, bukan? Sedih, bahagia, canda dan tawa, dua-duanya saling merayakan. Di kehidupan yang sekali ini, semua orang pasti ingin berjumpa dengan orang yang tepat, menjalani hari sebagai sepasang insan. Namun, di kehidupan yang Adel kira akan berjalan semestinya, ternyata tidak berjalan dengan begitu baik. 

“Maksudnya?” tanya Adel tidak mengerti akan penjelasan Rio yang melewati indra pendengarannya. 

Laki-laki itu memandang perempuannya dengan tatapan teduh. Rasanya tidak tega melihat kedua mata yang indah itu akan mengeluarkan cairan bening. “Keluarga aku bangkrut, Del. Sekarang kita udah gak punya apa-apa. Tapi Ayah bilang, masih ada satu kesempatan lagi,” jelasnya lagi secara pelan-pelan dan penuh kehati-hatian, berharap Adel bisa mengerti ucapannya kali ini.

Adelia Anjani dan Rio Mahendra. Salah satu pasangan yang didukung alam semesta untuk saling mencintai dengan senang dan dukanya. Sudah bertahun-tahun dengan senangnya, bertahun-tahun dengan sedihnya, menjalani hidup sebagai pasangan insan yang dirayakan semua orang. 

“Temen Ayah namanya Om Harto, mau ngasih suntikan dana ke perusahaan Ayah dan balikin situasi kayak sebelumnya. Dengan syarat, aku harus punya hubungan sama anak perempuannya. Dan ternyata, anak perempuannya itu temen kecil aku,” jelas Rio. 

Adel berusaha menyerap semua kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki itu. Dia mengerti jika sudah berkaitan dengan keluarga, sudah pasti hal yang serius. Jadi dia tidak boleh egois dan harus berpikir rasional. Tapi, apa katanya tadi? Berarti Rio akan bersenang-senang di bumi dengan perempuan lain? 

“Kamu mau?” tanya Adel dengan suara yang bergetar, menahan gejolak emosi yang mengumpul di dadanya. 

Rio lekas menggeleng. 

Setitik air mata Adel berhasil jatuh. Hatinya sangat sakit meskipun hanya membayangkan Rio bersama perempuan lain. Seketika pikirannya tidak bisa diajak berkompromi. Perasaan sakitnya terlalu mendominasi saat ini. 

“Del, maafin aku…,” ujar Rio pelan sambil menggenggam tangan Adel. “Aku nggak berniat bikin kamu nangis kayak gini.” 

Adel menggeleng dan balas menggenggam tangan Rio. Dia berusaha tersenyum di depan laki-laki itu. “Nggak apa-apa, Yo. Terima.”

Dari situlah Adel berusaha membujuk laki-laki itu agar menerima perjodohannya. Adel tidak ingin bersikap egois dengan meminta Rio terus bersamanya. Sebenarnya sangat sulit memilih keputusan ini, tapi mau bagaimana pun Adel sadar kalau dirinya tidak lebih penting daripada keluarga Rio yang sedang sangat membutuhkan bantuan anak laki-laki mereka. 

Rio mengembuskan napas panjang. Dia terdiam cukup lama. Ini sungguh membingungkan. Bagaimana bisa dia melepaskan Adel yang sudah dia jadikan sebagai tujuan hidupnya?

Setelah beberapa menit, akhirnya laki-laki itu memutuskan. “Oke, aku terima perjodohannya. Tapi aku gak mau kita udahan.” 

***

Rome 

Penulis